Presiden
Klub Voukefala, Giannis Batziolas, tidak sedang bercanda ketika
mengatakan klubnya akan menggandeng dua rumah bordil untuk menjadi
sponsor klubnya. Rapor kondisi keuangan yang merah membuat klub yang
bermarkas di Kota Larissa, Yunani, itu tak punya pilihan lain.
"Ketika saya mengumumkan bahwa
sponsor kami adalah rumah bordil, para pemain tak percaya. Mereka
mengira ini sesuatu yang lucu," katanya. "Tapi apa boleh buat, saya tak
menemukan cara lain untuk membuat klub ini bertahan."
Yunani, Negeri Para Dewa saat ini
sedang dilanda krisis moneter paraah. Defisit neraca berjalan negara
itu selama periode Januari-September 2012 mencapai 12,64 miliar euro
atau sekitar Rp 159 triliun. Untuk menutup utang, mereka bahkan siap
melego istana kerajaan, bandara, dan tempat tinggal para duta besar
mereka di luar negeri.
Kondisi perekonomian yang terus
memburuk membuat banyak perusahaan internasional hengkang, termasuk
Coca-Cola. Hal ini menyebabkan, angka pengangguran mencapai 25% yang
merupakan rekor terburuk sepanjang sejarah Yunani.
Papan sponsor di salah satu sudut markas Voukefala
Klub-klub sepak bola pun tak
lepas dari imbas tersebut. Dan, Voukefala, klub amatir yang hanya
bermain di liga lokal, kelimpungan mencari dana. Maka tanpa pikir
panjang tawaran sponsor dari Villa Erotica dan House Soula pun langsung
diamini. Tidak peduli sponsor tersebut berlatar belakang bisnis
pelacuran.
Seorang suporter senior dengan bangga memamerkan kostum bersponsor House Soula
"Ketika kostum mulai dicetak,
para pemain berhenti tertawa," kata Giannis Batziolas. "Mereka kemudian
menanyakan berapa bonus yang akan mereka dapat dari hasil kerja sama
ini."
Batziolas tak bersedia
menyebutkan berapa jumlah uang yang didapat klubnya dari Villa Erotica
dan House Soula. Ia hanya mengatakan bahwa kedua “perusahaan” itu
mempunyai omzet tak kurang dari Rp 25 miliar. Para pemain yang
mengenakan kostum berlogo dua rumah bordil itu mendapat Rp 12 juta.
Sesi perkenalan kostum baru yang melibatkan salah seorang pemain dan "pegawai" rumah bordil
Soula Alevridou, pemilik salah
satu rumah bordil tersebut, mengatakan dirinya mau mensponsori Voukefala
karena ia mencintai sepak bola. "Saya melakukannya karena saya
mencintai permainan ini," katanya. "Jika berdasarkan hitung-hitungan
bisnis, ini sama sekali tak menguntungkan."
Namun apakah benar menjadi
sponsor klub sepakbola tidak menguntungkan bagi bisnisnya? Bukankah
sebagian besar penggemar sepakbola adalah kaum laki-laki? Ini semua
ujung-ujungnya tetaplah hitungan bisnis. Sebab mana ada pengusaha yang
mau rugi?
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan sopan